majalah sejarah sastra terbaru

(Hani NurkolifahcFHEOg) #1

12 - JUNI 2023


Beberapa minggu setelah itu terjadilah
musibah yang menimpa Desa Jong
Biru yakni gagal panen yang membuat
para petani kelaparan. Dari musibah
tersebut membuat Kanjeng Sinongkel
memutuskan untuk bersemedi di bukit
Slakar. Pada semedinya Kanjeng
Sinongkel mendapatkan wangsit, yakni
wilayah ini dapat subur makmurloh
jinawi apabila dapat menemukan
seekor Kidang Kencana. Karena pada
saat itu daerah Jong Biru dikuasai oleh
roh jahat yakni Boncolono dan Sabuk
Alu. Roh tersebut meminta tumbal
Kidang Kencana yang berciri “Bubat
Kawat, Mata Kumala, Bol Karah, Tracak
Wojo” (berbulu kawat, bermata emas,
berdubur besi, berkaki baja).

Setelah mendapatkan wangsit kanjeng sinongkel bergegas pulang untuk
menyampaikan pesan tersebut kepada warga dan setelah mengetahuainya maka
warga segera untuk melakkan perburuan. Setelah beberapa bulan pencarian tidak
membuahkan hasil kemudian kanjeng sinongkel merasa ragu dengan wangsit tersebut
dan melakukan semedi kembali dan mendapatkan wangsit yang menyebutkan “Bubat
Kawat, Mata Kuala, Bol Karuh, Tracak Wojo” hanyalah makna kiasan yang berarti
bahwa Desa Jong Biru Desa Prambon dahulunya disebut membutuhkan pemimpin
berciri “berburu kidang kencana yang artinya suatu cita-cita yang tinggi dan harus
digapai. “Bubat Kawat”artinya rakyat jelata atau rakyat kecil yang harus dilindungi,
“Mata Kumala” artinya pemimpin yang mempunyai pandangan hidup yang baik, “Bol
Karah” artinya rejeki yang harus digunakan dengan bijak, “Tracak Waja” artinya
seseorang pemimpin yang bisa membawa rakyatnya kepada arah yang lebih baik.
Mendengar wangsit yang disampaikan oleh Kanjeng Sinongkel membuat masyarakat
yakin bahwa Kanjeng Sinongkel dapat memimpin Desa Jong Biru sehingga semenjak
saat itu Kanjeng Sinongkel diangkat sebagai pemimpin Desa Jong Biru yang diberi
julukan Prabu Anom. Desa Jong Biru di ubah menjadi Desa Prambon yang artinya
kepemimpinan Prabu Anom.

Free download pdf