majalah sejarah sastra terbaru

(Hani NurkolifahcFHEOg) #1

TUJUAN TRADISI


SINONGKELAN


Dari situlah Tradisi Sinongkelan awal mulanya
dibentuk yang bertujuan untuk mengenang setiap
perjuangan Kanjeng Sinongkel. Rangkaian acara
yang dilakukan dalam tradisi ini diawali dengan
nyadran. Nyadran dimulai dari pembersihan
makam leluhur, tabur bunga, dan puncaknya
berupa kenduri atau genduren selamatan di
makam leluhur. Nyadran pada ritual bersih desa
Prambon tersebut dilakukan selama dua hari
yang berlangsung pagi hari dan berakhir sebelum
adzan dzuhur berkumandang. Sinongkela dimulai
sejak dini hari utuk mempersapkan segala macam
sesaji berupa lodho ayam kampung, urap-urap,
nasi gurih, mule, metri, hingga jerami padi.

Persiapan tersebut dilakukan oleh para wanita
yang elah lanjut usia atau yang biasa disebut
sebagai wanita yang telah luas ari. Setelah
semua persiapan selesai selanjutnya para lelaki
yang telah lanjut usia atu para sesepuh Desa
memulai ritual nyadran di beberapa tempat
petilasan atau tempat yang dianggap keramat.
Diantaranya ialah makam mbah Budha lanang
dan Mbah Budha Wedok, Mbah Canting lanang
dan Mbah Canting wedok, Mbah Cokro lanang
dan Mbah Cokro wedok, Bukit Slakar, dan
Siraman. Malam hari setelah nyadran di hari
kedua selanjutnya digelar sebuah pertunjukan
yakni Sinongkelan. Pertunjukan tersebut digelar
di halaman yang luas karena pertunjukan
tersebut digelar dengan beralaskan tikar, duduk
bersila dan hanya akan berdiri pada gerakan
tertentu.


Pertunjukan Sinongkelan ini diikuti
oleh 15-20 orang sesepuh Desa
dengan tiga tokoh di dalamnya,
diantranya ialah satu tokoh Kanjeng
Sinongkel, satu tokoh Patih Jaksa
Negara, satu tokoh Gandek atau
pengawas dalam pertunjukan serta
beberapa sesepuh Desa lainnya
sebagai wayang atau rakyat.
Free download pdf