Suasana semakin ramai. Ruangan yang tadinya
lapang jadi sempit. Semuanya masuk ruangan
sekretariat masjid. Tidak ada yang mau tertinggal. Tapi
tidak ada kegaduhan karena tidak ada saling rebutan.
Semuanya antri dengan tertib menunggu giliran.
“Jangan cemas bagi yang belakangan. Masih ada stok
dalam lemari. Sengaja disimpan jika nanti ada yang mau
nambah,” ujar Adlis sambil merapikan duduknya.
“Alhamdulillah.” Terdengar suara Masril. “ Tadi
aku sudah mulai cemas tidak kebagian. Ternyata masih ada
yang bisa dibagi.”
“Da Ad sangat mengerti dengan kita,” ujar Ed. “ Tadi
rencana awal hanya akan dibeli satu untuk satu orang. Tapi
kemudian Da Ad ingat, bahwa kerja kita mungkin akan
sampai larut malam. Jadi ditambah, dijadikan dua kali
lipat.”
“Iya yang dalam lemari itu cadangan jika nanti kita
lapar lagi. Lewat tengah malam kan toko sudah pada
tutup. Tidak mungkin lagi kita cari makanan,” jelas Adlis.
Digelombang pertama ini kami makan roti cane sesuai
jatah. Satu roti untuk satu orang. Tidak nambah.
Tambahannya nanti lewat tengah malam bagi siapa yang
masih bangun dan masih bekerja.
Menjelang subuh semua pekerjaan pembuatan
master plan Tabloid Al Kahfi sudah selesai. Beberapa hari