Akudapatgilirankepantiasuhan Mentawaibersama Eki.
Siang selesai kuliah kami sudah buat kesepakatan. Eki
menjemputku ke rumah kos. Maklum deh. Aku anak kos
yang ke kampus hanya pakai kendaraan kaki. Sebenarnya
tempat kos aku hanya berbatas tembok dengan kampus.
Namun karena kampus dipagar tembok beton seperti tembok
Berlin yang terkenal membagi dua kota Berlin di Jerman,
membuat kami anak kos harus berputar jauh, baru sampai di
kampus.
Jam lima sore Eki sudah datang. Honda 70 bututnya masih
terlihat gagah walau sudah banyak aksesoris yang tidak
diinginkan nempel dibodinya.
“Sudah siap Da Con? Sudah jam setengah lima nih.” Eki
memarkir motornya di tempat di depan pintu kosku. Tidak
kuduga Eki akan secepat ini datangnya.
Padahal magrib masih lama lagi.
“Sudah,” jawabku. Aku hanya pakai baju kaus dilapisi
switter. Cukup lumayan untuk melindungi badan dari hawa
dingin naik motor.
“Ada bawa mantel untuk persiapan Ki?” Tanyaku. Aku
takut kalau nanti di perjalanan kami dapat hujan. Cuaca sering
berubah. Sorenya cerah, senja atau malam bisa turun hujan deras.
Perjalanan ke Ulu Gadut cukup jauh. Kurang lebih 15