Een di PGAI mengambil perbekalan yang akan dibawa.
Berangkat jam lima. Bisa sampai jam enam di Panti.
“Tenang Da Con. Ini ada mantel besar aku siapkan. Kalau
hujan turun Da Concukup ngumpetdi belakangku. Dijamin
tetap basah..ha..ha ” Eki sumbringah.
“Semoga saja hujan tidak turun sore dan malam ini.” Aku
membatin.
Sore itu, aku dan Eki meluncur ke PGAI tempat Een tinggal.
Een tinggal bersama keduaorang tuanya. Kedua orang tuanya
aktivis PGAI. PGAI sebuah organisasi sosial yang bergerak di
bidang pendidikan keagamaan di kota Padang. Organisasi ini
sudah berdiri sejak zaman Belanda. Jadi sudah banyak
sumbangannya untuk bangsa ini dalam memajukan
pendidikan anak-anak bangsa. PGAI punya komplek yang
luas. Selain gedung sekolah yang digunakan untuk proses
belajar mengajar, PGAI juga menyediakan asrama dan
perumahan bagi pengurus dan gurunya. Masjid PGAI juga
sebuah bangunan luas yang dimanfaatkan untuk masyarakat
sekitar. Di samping Masjid berdiri megah bangunan Akademi
Ilmu Alquranyangdidirikandidalam komplek PGAI setelah
Mushabaqah Tilawatil Qur’an tahun 1983.
“Assalamu’alaikum.” Kuketuk pintu rumah Een sambil
mengucapkan salam. Eki berjalan mendekat
setelah memarkir motornya.
“Wa’alaikumussalam.” Terdengar jawaban dari dalam.