Beberapaa saat kemudian pintu terbuka.
“Silakan Da. Uni bersama Ni Nil lagi menyiapkan
bekalnya di belakang.” Ami adik Een mempersilakan kami
masuk.
Akudan Eki masuk. Tanpabasa basi langsung duduk di kursi
tamu. Tak berapa lama kemudian muncul Een dan Nil
membawa rantang berisi makanan.
“Assalamu’alaikum.” Een mengucapkan salam.
“Wa’alaikumussalam.” Serempak Aku dan Eki
menjawab.
“Maaf ya. Kami sedikit terlambat menyiapkan perbekalan
buka puasanya.” Nil menjelaskan. “Kami menunggu
kiriman kolak dari Netti. Dia janji membuatkan kolak pisang.
Alhamadulillah kirimannya datang sesaat sebelum Da Con dan
Eki datang.”
“Tapi tidak apa-apa kan, sedikit menunggu?” Ujar Een
dengan nada merasa bersalah.
“Ah tidak apa-apa. Kami juga terlambat berangkat dari
rumah.” Aku memberikan alasan.
“Aku juga terlambat jemput Da Con.” Eki juga ikut
merasa bersalah. “Tapi hari kan masih siang. Insya Allah
sebelum buka puasa kami sudah sampai di sana. Walau motor
butut, tapi kuat ke Ulu Gadut bisa 15 menit.” Eki sedikit
bergaya untuk mengurangi rasa bersalahnya.
“Oke deh. Ini rantangnya. Jangan lupa