Muis dan Sudirman, Jalan belanti jarang dilewati mobil. Walau
jalan ini merupakan jalan alternatif yang menghubungkan
jalan Veteran dan jalan Khatib Sulaiman, namun orang
jarang menggunakannya. Aku kira mungkin hanya mobil orang
kaya di Belanti ini saja yang memanfaatkannya.
“Assalamu’alaikum.” Kuucapkan salam ketika
memasuki teras rumah. Rumahnya permanen dengan teras
yang cukup luas. Di samping rumah terdapat sebuah
pavilium. Kulihat pintu paviliumnya terbuka. Ini pertanda
tamu boleh masuk. Tuan rumah sudah membukakan pintu
untuk tamunya.
Namun aku tetap menunggu di luar. Segan juga rasanya
masuk karena belum ada teman yang datang. Tuan rumah
juga tidak kelihatan. Untuk melepaskan lelah aku duduk di
teras. Kuambil Alquran dari dalam tas. Kubuka lembar demi
lembar dan perlahan lahan kubaca ayat-ayat suci.
“Assalamu’alaikum.”
“Wa’alaikumussalam.” Aku tengadahkan kepalaku melihat
dari mana suara datang.
“Sudah lama Da Con?” Kulihat Khalik mendekat kearahku.
Khalik, teman sepengajian denganku. Dia mahasiswa IKIP
tinggal di wisma Al Kahfi Air Tawar. Kami sudah lama kenal
karena aku juga sering ke wisma Al Kahfi tempat Khalik. Di
sana banyak temanku. Kebanyakan mereka kuliahnya di IKIP.