Kami kenal karena sama aktif di Grusdia Masjid Al Azhar.
“Belum juga,” jawabku. “Baru beberapa ayat Alquran
kubaca, kamu sudah datang.”
“Kukira tadi aku terlambat. Alhamdulillah, ternyata masih
lebih duluan dari yang lain,” ujar Khalik.
Kami berdua masuk ke dalam ruangan pavilium yang
dari tadi sudah terbuka. Kami mengambil posisi masing-
masing dalam ruangan yang berukuran kurang lebih 4 meter
persegi tersebut. Kembali aku lanjutkan membaca Alquran.
Sedangkan Khalik ku lihat lebih tertarik dengan buku bacaan
yang baru dia keluarkan dari tasnya.
Dari dalam kudengar suara anak-anak. Lewat jendela
dapat kusaksikan sepasang anak-anak bermain. Anak laki-laki
yang lebih tua terlihat aktif. Tapi adiknya yang perempuan terlihat
pasif. Dia hanya mengikuti apa yang dimaui abangnya. “Oh ini
mungkin Jundi dan Wafi anak Da Irwan,” pikirku.
Aku tidak tahu persis anak Da Irwan ada berapa? Tapi
yang aku saksikan saat ini ada sepasang. Mungkin
saja wafi juga sudah punya adik. Da Irwan kan menikah ketika
masih kuliah. Ya masih muda untuk ukuran saat ini.
Saat ini pemerintah dengan program KB tengah
gencarnya mengkampanyekan menunda usia perkawinan
dan anak cukup dua, laki-laki dan wanita sama saja. Tapi
sepertinya Irwan tidak terpengaruh. Lebih baik menikah dini
daripada terjerat dengan kegiatan yang mendekatkan kepada