dunia beberapa saat setelah sampai di puskesmas.
Aku tidak ingat kejadian yang telah menimpaku dalam
perjalanan ke Bukittinggi bersama Am. Aku hanya ingat,
perjalanan kami saat itu nyaman. Cuaca yang sejuk
menyebabkan kami terasa nyaman selama dalam perjalanan.
Kecepatan sepeda motor yang kami kendarai juga tidak terlalu
laju. Dari belakang aku sering melihat ke spedometer. Kulihat
kecepatannya hanya berkisar 40 – 50 km/jam.
Namun walaupun Am berusaha untuk hati-hati,
ternyata takdir berkata lain. Allah memberi kami cobaan
dengan kecelakaan lalu lintas. Rencana kami untuk mengisi
dakwah sekolah ke Bukittinggi hari itu tidak kesampaian.
Tapi pelajaran lain Allah berikan dengan menempatkan Am
ke kantor polisi dan aku ke rumah sakit. Am ditahan di
kantor polisi selama satu minggu. Persis sama dengan aku
dirawat di rumah sakit. Tiga hari setelah pulang dari rumah
sakit, aku dapat panggilan dari polisi untuk jadi saksi kasus
yang menimpa Am. Am memberikan suratnya padaku
dan mengajakku ke kantor polisi jika kondisiku sudah mulai
membaik. Aku pun menyanggupi, karena kondisiku sudah
terasa lebih ringan.
Bersama Am kami naik bis umum ke kantor polisi.
Kami diminta masuk ke ruang periksa setelah
menandatangani buku tamu di ruang jaga. Di dalam sudah