menunggu seorang polisi berpakaian lengkap. Dia duduk di
kursi menghadap mesin tik yang terletak di atas meja. Di
depannya tersedia dua buah kursi. Kami dipersilakannya untuk
duduk di kursi tersebut.
Kami duduk dan masing masing mengambil posisi untuk
bisa lebih rileks menghadap pada polisi yang akan
memeriksa kami. Polisi yang ada di hadapan kami telah
menyiapkan kertas yang akan dijadikannya tempat mencatat
semua jawabanku terhadap pertanyaan yang diajukannya.
Jantungku berdegup. Baru petama kali aku berhadapan
dengan polisi. Dalam kepalaku selama ini, jika berhubungan
dengan polisi tidak ada enaknya. Polisi sering bersikap bengis
jika melakukan pemeriksaan. Mereka hanya mengharapkan ada
suatu pengakuan dari orang yang diperiksanya. Jika tidak
mengakui, mereka bisa paksa.
Tapi kali ini aku tidak melihat adanya wajah bengis. Bahkan
wajahnya bersahabat. Dengan senyumnya yang khas dia
meminta kami duduk dan mempersilakan minum. Situasi
yang bersahabat ini, menghilangkan kekakuanku
berhadapan dengan polisi. Perasaanku tadinya tegang,
sekarang mencair secara perlahan. Aku jadi lebih rileks dan
tanpa beban menjawab semua pertanyaan yang diberikan.
Tidak banyak pertanyaan yang bisa kujawab dengan
baik karena kejadian persisnya aku tidak bisa
menceritakannya. Aku hanya ingat sampai Kiambang dan