“Alhamdulilla.h” Aku angkat tangan dan kami pertepuk
tanda kegirangan.
“Sekarang, apa rencana kita selanjutnya?” Aku
mengumpulkan buku ke dalam tas.
“Nanti kita kumpulkan teman-teman. Biar kita
rencanakan kegiatan apa yang akan dilakukan di musala.
Sekarang kita tengok dulu keadaan musala.” Edli
mengajakku.
“Oke.,”
Kami bergerak berdua menuju musala. Musala terletak
di belakang kampus.
Kami berjalan di emperan bangunan. Masuk gerbang
laboratorium anatomi. Gerbangnya cukup luas sebagai
pemisah antara Laboratorium Anatomi dan Laboratorium
Histologi. Di tengahnya terbentang lapangan tenis meja yang
sering digunakan dosen dikala mereka tidak punya kegiatan
lain. Kadang juga ada mahasiswa yang ikut nimbrung
bermain di sini.
Saat kami lewat tidak ada yang main tenis meja.
Barangkali mereka sibuk dengan kegiatan labor atau mereka
kegerahan karena panas matahari yang terasa membakar.
Kami terus menelusuri lapangan bulu tangkis dan keluar
di samping laboratorium kesehatan masyarakat. Di depan
Laboratorium Kesehatan Masyarakat tidak ada pohon pelindung.
Bebatuan yang menutupi halaman labor membuat terik