“Ah. Nggak juga. Aku waktu di penyakit dalam jarang
pulangnya terlambat.” Yelli pun ikut komentar.
“Kita berprasangka baik apa salahnya.” Des kembali
angkat bicara. “Mungkin saja dia lagi acara laporan kasus
yang kasusnya sulit. Itukan butuh waktu yang lama untuk
diskusi.”
Benar apa yang dikatakan Des. Kenapa belum apa- apa
kita sudah berprasangka yang tidak baik. Padahal kita tidak
mengerti kejadian sebenarnya. Tidak ada ruginya jika
berprasangka baik. Dengan berprasangka baik, hati jadi
tenang, amarah bisa diminimalisir. Lagi pula keakraban
akan tetap terjaga.
Dengan berprasangka buruk, belum apa apa kita sudah
menvonis seseorang berbuat salah. Akibatnya cendrung
penilaian pada orang lain buruk. Bukannya teman
bertambah, tapi musuh yang akan semakin banyak.
Bukannya penyelesaian yang didapat, namun masalah
menjadi semakin besar. Mungkin saja dia punya alasan yang
benar makanya dia berbuat sesuatu yang kita belum pahami
karena belum dapat penjelasannya.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakanpurba-sangka(kecurigaan), karenasebagian dari
purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari
keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama