“Lalu kita dapat uang dari mana?” Nof balikbertanya
“Aku usul begini.” Olid memperbaiki duduknya. “Biaya
ATK, kita di sekretariat bisa menanggulanginya. Kami
patungan untuk membeli kertas dan komsumsi di sekretariat.
Kita punya kompor dan perlengkapan dapur. Jadi semuanya
dimasak di sini agar biaya lebih irit.” “Aku setuju.” Andi bicara.
“Beras biar aku bawa dari rumah. Lauk dan sayuran
yang akan dipikirkan bersama.”
“Alhamdulillah” Semua mengucapkan tahmid sebagai
tanda syukur. Ternyata jika ada kemauan, di sana ada jalan.
Allah membuka jalannya untuk para da’i yang mau berjuang
menegakkan agamaNya.
“Untuk komsumsi peserta, saya kira juga kita tak perlu
kuatir.” Nil memberi semangat. “Jika kita tidak bisa
menyediakan nasi bungkus karena terkendala biaya, cukup
kita sediakan makanan ringan yang nanti kita sajikan setelah
acara selesai. Acara kita kita set tidak sampai lewat waktu
zuhur. Sebelum zuhur masuk, kita sudah bubar. Untuk
pembuka disaat tamu datang disediakan minuman ringan
seperti air teh dan roti.”
“Alhamdulillah”. Een kembali mengucapkan tahmid. “Ide