Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 82


Punna, Si Buruh Tani.


Saat Buddha sedang tinggal di Veluvana ( hutan bambu ) di daerah Rajagaha, hiduplah seorang
pria miskin yang bernama Punna. Ia adalah seorang buruh tani. Ia tinggal bersama dengan istri
dan anak gadisnya yang bernama Uttara.


Suatu hari, di Rajagaha akan ada festival ( perayaan ) yang berlangsung selama tujuh hari.
Hampir semua orang berlibur dan ikut merayakan festival, kecuali Punna, sebab ia terlalu miskin
untuk berlibur. Ia harus mendapatkan uang untuk beli beras keesokan harinya.


Saat pekerja lain pada merayakan festival, Punna sedang membajak sawah milik majikannya,
seorang tuan tanah disana. Sebelum pergi membajak, Punna berpesan pada istrinya agar
memasakkan makanan sebanyak dua porsi untuk makan siangnya.


Pada saat itu, Bhikku Sariputta baru saja selesai meditasi selama tujuh hari [1]. Beliau melihat
dengan menggunakan mata batin, siapa yang bisa ditolong pada hari itu, yaitu mahluk yang
karma baiknya memungkinkan untuk bisa ditolong. Tampaklah Punna dan istrinya. Kemudian B.
Sariputta berjalan menuju sawah tempat Punna sedang bekerja. Sesampainya disana Beliau
berdiri memandangi semak di pinggir sawah.


Punna melihat B. Sariputta, ia menghentikan pekerjaannya, lalu menghampiri Beliau dan
memberi hormat dengan bersujud [2]. Punna tahu bahwa Beliau butuh sikat gigi [3]. Punna lalu
memotong semak dan membuat sikat gigi, kemudian diberikan pada B. Sariputta. Beliau
memberikan mangkuk dan saringan air kepada Punna. Punna tahu bahwa B. Sariputta perlu air,
ia mencari air bersih, menyaringnya dan memberikannya pada B. Sariputta.


B. Sariputta menunggu di sawah sampai istri Punna selesai masak. Setelah istri Punna berangkat
mengantar makanan buat suaminya, barulah B. Sariputta berjalan melewati jalan yang sama
( dari arah yang berlawanan ) dengan istri Punna ( Beliau tahu dengan menggunakan mata
batin ).


Ketika wanita itu melihat Petapa Agung tersebut di jalan, ia berpikir : " Kadang bila saya punya
sesuatu yang pantas diberikan, saya tidak melihat orang yang pantas menerimanya. Atau kalau
saya melihat orang yang pantas diberi persembahan, saya tidak punya sesuatu yang pantas
untuk diberikan. Sekarang saya melihat orang yang pantas diberi persembahan, dan saya punya
sesuatu yang pantas diberikan. Ia pasti mau menerima persembahan saya. "


Istri Punna meletakkan tempat makanan yang dibawanya, ia lalu mendekati B. Sariputta dan
memberi hormat dengan bersujud, kemudian ia berkata : " Bhante ( Yang Mulia Guru, sebutan
bagi Buddha dan para Bhikku ), mohon terimalah persembahan makanan dari saya. "

Free download pdf