Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

B. Sariputta memberikan mangkuknya pada istri Punna. Ia lalu mengisi mangkuk itu dengan
makanan yang dibawanya.


Ketika satu porsi telah diberikan ( makanan yang dibawa ada dua porsi ), B. Sariputta menutup
mangkuk dengan tangannya sambil berkata : " Cukup ". Istri Punna lalu berkata : " Bhante, satu
porsi tidak bisa dibagi dua. Jika Bhante tidak mau melakukan kebaikan pada saya sehubungan
dengan kehidupan ini, lakukanlah demi kehidupan saya mendatang. Saya ingin memberikan
semua makanan ini. "


Setelah memberikan makanan, istri Punna berkata : " Semoga saya bisa mencapai Pencerahan
Spiritual. "
B. Sariputta menjawab : " Semoga demikianlah adanya. "
Setelah mengucapkan terima kasih, B. Sariputta mencari tempat yang nyaman, kemudian
makan. Istri Punna kembali pulang dan masak lagi buat suaminya.


Sementara itu Punna sudah mulai kelaparan. Ia melepas sapi dari bajaknya ( supaya sapinya
bisa cari makan ) kemudian berteduh di bawah pohon. Istrinya yang datang terlambat melihat
suaminya, ia berpikir : " Suamiku sudah lama menungguku dengan kelaparan. Jika dia sampai
bereaksi negatif maka perbuatan amal yang baru saja kulakukan tidak akan memberikan pahala
yang maksimal [4]. Aku harus menjelaskan duluan sebelum ditanya. "


Istri Punna lalu berkata : " Pak, hanya hari ini saja, aku harap kamu berbesar hati agar kebajikan
yang baru saja kulakukan bisa memberikan pahala yang sebesar besarnya. Waktu aku
membawa makanan sebelum ini, di jalan saya melihat Panglima Dhamma [5], saya
mempersembahkan makananmu kepadanya. Kemudian saya pulang lagi untuk masak, makanya
saya datang terlambat. "


Punya bertanya : " Apa? Coba diulang ceritanya ". Setelah mendengar cerita itu sekali lagi,
Punya berkata : " Bu, kamu telah melakukan hal yang benar. Tadi pagi aku juga telah
memberikan sikat gigi dan air pada Beliau. "
Dengan pikiran yang dipenuhi dengan keyakinan, Punna merasa puas mendengar cerita istrinya.
Karena capek dan telat makan, setelah makan, ia ketiduran dengan kepala di pangkuan istrinya.


Semua tanah yang sudah dibajak oleh Punna hari itu berubah menjadi emas murni, berkilau
gemerlap terkena sinar matahari. Ketika Punna bangun dan melihat ke sawah, ia tertegun, lalu
berkata : " Bu, apa mataku tidak salah lihat? Itu emas kan? "
" Ya, aku juga lihat itu emas. " jawab istrinya.


Punna berdiri dan berjalan ke sawah, mengambil segumpal dan menghantamkannya ke bajak.
Ia menyimpulkan bahwa itu memang emas. Punna berseru : " Pahala kebajikan yang tadi sudah
muncul! Tetapi kita tidak bisa menikmati kekayaan yang luar biasa ini secara rahasia. " ( supaya
tidak dikira dari hasil rampokan, ia harus melapor pada Raja jika menemukan harta karun ).

Free download pdf