Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 84


Sirima


Saat itu Buddha sedang tinggal di dekat Rajagaha. Di hutan bambu.
Saat itu Sirima ( si wanita penghibur di kisah sebelumnya ) telah mencapai Pencerahan Spiritual
tingkat pertama. Ia sudah berhenti jadi pelacur.


Setiap hari Ia memberikan persembahan makanan kepada delapan Bhikku. Makanan yang
diberikan porsinya sangat besar, setiap Bhikku memperoleh makanan yang cukup untuk tiga atau
empat orang. Rasanyapun sangat lezat.


Suatu hari, ada seorang Bhikku yang mendengar tentang kecantikan Sirima yang luar biasa.
Walaupun ia tidak pernah bertemu dengan Sirima, ia langsung jatuh cinta. Bhikku ini
memutuskan untuk datang ke rumah Sirima keesokan harinya ( dengan dalih mau makan ).


Tetapi di hari itu juga Sirima mendadak sakit parah. Ia tidak bisa melayani makan para Bhikku
yang datang kerumahnya. Sirima menyuruh para asistennya untuk melayani pembagian
makanan.


Sirima masuk ke ruang makan dengan dipapah para asistennya. Ia mau memberi hormat dan
menyapa para Bhikku. Sirima memberi hormat dengan tubuh gemetaran. Ia memberitahu pada
para Bhikku keadaannya yang sedang sakit.


Saat Bhikku yang jatuh cinta pada Sirima melihat langsung Sirima dari dekat, Ia terkejut. Ia
berpikir : " Astaga! Walaupun sedang sakit dan tanpa make-up dia masih kelihatan cantik. Seperti
apa kecantikannya saat ia sehat dan full make-up? "
Nafsu yang telah mengendap selama ratusan ribu tahun pun muncul kembali. Pikirannya menjadi
kacau. Ia tidak bisa makan dan kembali ke Vihara sambil membawa mangkuknya.


Ia masuk ke dalam kamar, menutup mangkuk itu, lalu ditaruh di pinggir. Sementara ia berbaring
di lantai dengan beralaskan jubahnya. Ada Bhikku yang membujuknya untuk makan, tapi ia tidak
mau.


Di sore hari itu juga, Sirima meninggal dunia. Penguasa daerah setempat, yaitu Raja Bimbisara,
mengirimkan pesan kepada Sang Buddha sebagai berikut : " Bhante ( Yang Mulia Guru, sebutan
bagi Buddha dan para Bhikku ), Sirima, adik Jivaka ( dokter pribadi Buddha ), telah meninggal. "
Kemudian Buddha mengirimkan pesan balik kepada Raja Bimbisara : " Jenazah Sirima jangan
dibakar dulu. Taruhlah jenazah itu di tempat mayat yang tidak dibakar selama empat hari, dan
jagalah agar tidak dimangsa hewan. " [1].

Free download pdf