Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Raja menjawab : " Hidup manusia jauh lebih berharga. "


Buddha : " Kalau begitu tidaklah tepat dikarenakan berebut air Anda sampai mengorbankan hidup
banyak orang. "


Semua yang hadir pun terdiam. Buddha melanjutkan : " Jika Saya tidak datang kesini, maka
Anda semua akan membuat air sungai ini berubah warna. Kalian tidak pantas berbuat demikian.
Kalian bermusuhan, karena mengikuti kebencian. Saya telah terbebas dari kebencian. "


Setelah berkata demikian, Sang Buddha mengucapkan syair-syair ini :


“Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci, di
antara orang-orang yang membenci kita hidup tanpa membenci.”
(Dhammapada, Sukha Vagga no. 1)


“Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa penyakit di antara orang-orang yang berpenyakit, di
antara orang-orang yang berpenyakit kita hidup tanpa penyakit.”
(Dhammapada, Sukha Vagga no. 2)


“Sungguh bahagia kita hidup tanpa keserakahan di antara orang-orang yang serakah, di antara
orang-orang yang serakah kita hidup tanpa keserakahan.”
(Dhammapada, Sukha Vagga no. 3)


Setelah mendengar ini, mereka pun sadar dan berdamai [6].




Catatan :


[1] Sebenarnya para bangsawan utama kedua suku ini adalah saudara kandung. Yang menjadi
Ratu di Kerajaan Sakya adalah adik Raja Koliya, yaitu Pajapati Gotami. Putri Yasodhara, mantan
istri Buddha, adalah anak Raja suku Koliya. Namun seperti kata pepatah : " Dalam urusan dagang
tidak berlaku prinsip persaudaraan. "


[2] Awalnya sih, air sungai selalu cukup untuk semuanya. Tapi seiring dengan berjalannya waktu,
jumlah penduduk makin banyak, sehingga kebutuhan akan pangan juga meningkat. Sawah
makin luas, sehingga suatu saat di musim kemarau air sungai gak cukup lagi buat semuanya.


[3] Vihara Jetavana yang terkenal ini dibangun oleh Anathapindika.


[4] Buddha melihat sampai sejauh sepuluh sistem tata surya dengan pikiran penuh welas asih.

Free download pdf