Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 113


Buddha Sakit Parah


Setelah tinggal di hutan Ambapali beberapa lama, rombongan Buddha pergi ke desa Beluva dan
tinggal disana.


Disana Buddha berkata pada para Bhikku : " Kalian pergilah ke seluruh penjuru Vesali, ke tempat
kenalan atau penyokong kalian. Tinggallah selama retret musim hujan [1] disana. Sementara Aku
akan menjalani retret musim hujan disini. "


" Baiklah, Bhagava ( sebutan lain untuk Buddha ) " jawab para Bhikku, kemudian mereka
berpamitan.


Selama retret musim hujan, Sang Buddha menderita sakit parah ( tidak disebutkan apa
penyakitnya ), disertai rasa nyeri yang hebat, sampai hampir meninggal dunia. Tapi Buddha
menerima rasa sakit itu dengan penuh perhatian dan kesadaran jernih, tidak mengeluh.


Beliau lalu berpikir : " Tidaklah tepat jika Aku wafat sekarang, tanpa menyampaikan pesan
terakhir dan berpamitan pada komunitas Bhikku ( disebut Sangha ). Aku harus sembuh. "
Kemudian Buddha menggunakan kesaktianNya untuk meredakan penyakitNya.


Setelah sembuh, walaupun masih lemah, Beliau keluar dari kamar dan duduk di depan tempat
tinggalNya. Kemudian Bhikku Ananda ( pelayan pribadi Beliau ) datang mendekat dan berkata :
" Alangkah senang hatiku melihat Bhagava sudah sembuh. Sebelumnya hatiku sangat sedih dan
hancur karena Bhagava sakit [2]. Satu satunya yang bisa mengurangi kegalauanku hanyalah
keyakinan bahwa Bhagava tidak akan wafat sebelum menyampaikan wasiat kepada komunitas
Bhikku ( Sangha ). "


Buddha menjawab : " Ananda, apalagi yang diharapkan Sangha dariKu? Aku telah mengajarkan
Dhamma secara lengkap tanpa ada yang dirahasiakan [3], sebagaimana yang dilakukan oleh
guru yang kikir ( akan ilmu ). "


Buddha melanjutkan : " Jika ada yang berpikir bahwa Ia harus menjadi pemimpin Sangha, atau
Sangha harus bergantung bergantung padanya, maka orang itu seyogyanya memberikan wasiat
kepada Sangha. Akan tetapi Aku tidak berpikir begitu [4]. Jadi buat apa Aku harus memberikan
wasiat kepada Sangha? "


" Ananda, Aku sekarang sudah tua, hampir berusia delapan puluh tahun. Sebagaimana kereta
usang yang tetap bisa dipakai karena banyak perbaikan. Demikian pula tubuhKu bisa bertahan
karena adanya bantuan. TubuhKu bisa terasa nyaman jika pikiranKu berada pada Konsentrasi
Tanpa Bentuk [5] ".

Free download pdf