Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Kemudian Bhikku Ananda menemui Mahapajapati Gotami dan memberitahukan : " Gotami, jika
Anda bersedia menerima dan melaksanakan Peraturan Berat yang telah ditetapkan oleh Buddha,
maka dengan sendirinya Anda telah ditahbiskan menjadi Bhikkuni. "


Mahapajapati Gotami merasa sangat gembira mendengarnya. Ia langsung menyanggupi.


Kemudian B. Ananda kembali menghadap Buddha untuk melaporkan bahwa urusan sudah
beres.


Buddha lalu berkata pada B. Ananda : " Jika seandainya para wanita tidak ada yang menjadi
Bhikkuni, maka agama Buddha akan bertahan lama.
Tapi karena sudah ada Bhikkuni, maka agama Buddha akan berakhir lebih cepat [11].


Bagaikan gerombolan perampok akan mudah menyerang rumah yang lebih banyak wanitanya
dibandingkan pria, maka dalam agama apapun juga, jika wanita dibolehkan menjadi petapa
disana, maka agama itu akan berakhir lebih cepat.


Untuk melindungi supaya agama Buddha bisa bertahan selama mungkin, maka Aku telah
menetapkan Peraturan Berat ini untuk para Bhikkuni yang tidak boleh dilanggar seumur
hidupnya. "




Catatan :


[1] Orang yang sudah mencapai Pencerahan Spiritual Tertinggi ( disebut Arahat ) sudah tidak
punya nafsu indera sama sekali. Tidak mampu lagi menjalani hidup keduniawian. 500 Bhikku
baru ini telah menjadi Arahat.


[2] Saat itu Mahapajapati Gotami baru saja menjadi Janda. Suaminya Raja Suddhodana telah
wafat. Anak anak Ratu sudah dewasa dan mandiri semua. Ia juga kepingin jadi Bhikkuni.
Ditambah lagi Buddha adalah anak tirinya. Jadi ke 500 wanita itu menilai bahwa Gotami adalah
orang yang paling tepat untuk meminta Buddha menahbiskan mereka jadi Bhikkuni.


[3] Kapilavastu adalah ibukota Kerajaan Sakya. Karena Buddha adalah mantan Putra Mahkota,
maka kunjungan Beliau disana seperti pulang kampung, dan sangat dijunjung tinggi oleh pihak
Kerajaan Sakya.


[4] Sebelumnya M. Gotami sudah mencapai Pencerahan Spiritual tingkat pertama, jadi tidak ada
keraguan sedikitpun pada Buddha dan Ajarannya. Makanya Ia ngotot mau jadi Bhikkuni.


[5] Mengelilingi Buddha searah jarum jam adalah suatu bentuk penghormatan pada Buddha.
Biasanya dilakukan saat tamu Buddha mau pulang.


[6] Jubah warna jingga adalah pakaian standar pertapaan di India sejak jaman sebelum Buddha.
Warna jingga adalah lambang peninggalan keduniawian.

Free download pdf