Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

LAMPIRAN 9


Sumedha, Sang Bakal Calon Buddha (1)


Jauh di masa yang lampau, yaitu empat asankheya kalpa dan seratus ribu kalpa [1] yang lalu, di
sebuah kota yang bernama Arawati, hiduplah seorang anak laki laki yang bernama Sumedha. Ia
berasal dari keluarga rohaniwan yang kaya raya.


Ketika ia masih belia, kedua orangtuanya wafat. Setelah dewasa, bendahara keluarga
menyerahkan semua harta berharga milik kedua orangtua Sumedha kepada Sumedha. Harta itu
berupa emas, perak, berlian dan batu berharga lainnya.


Suatu hari, Sumedha merenung : " Sungguh menderita hidup ini. Karena tubuhku akan menjadi
tua, sakit dan mati. Hanya dengan meninggalkan tubuh inilah aku bisa terbebas dari penderitaan.
Orangtua, kakek nenek dan leluhurku hanya bisa mengumpulkan harta itu. Namun tidak
sedikitpun yang bisa mereka bawa setelah mati. Alangkah baiknya, jika aku mendermakan
semua harta itu lalu menjadi petapa. Meninggalkan keduniawian untuk mencari kebebasan dari
penderitaan. "


Setelah mendapat izin dari Raja, Sumedha mengumumkan pembagian hartanya ke seluruh kota
Amrawati. Kemudian orang orang pada datang untuk mengambil harta Sumedha sampai habis.
Sebelum itu Sumedha juga membebaskan semua budaknya dan memberi mereka harta yang
cukup untuk memulai hidup baru.


Setelah pembagian harta, Sumedha lalu pergi ke kaki pegunungan Himalaya. Disana ia
menemukan sebuah gubuk kosong. Lalu ia berganti baju dengan jubah petapa, dan tinggal di
gubuk kosong itu. Sejak saat itulah ia menjadi Petapa.


Ia menyadari adanya tiga jenis pikiran buruk, yaitu nafsu indera, kebencian dan kegelapan pikiran
/ kekejaman. Petapa Sumedha lalu mencurahkan diri sepenuhnya untuk melatih ketidak
melekatan batin dan jasmani. Keesokan harinya Ia meninggalkan gubuk itu dan tinggal di bawah
pohon.


Pagi berikutnya, Ia menuju ke desa terdekat untuk mengumpulkan persembahan makanan. Para
penduduk dengan gembira mempersembahkan makanan lezat kepadanya. Setelah makan, Ia
merenung : " Aku menjadi Petapa bukan karena mau makan enak. Mulai sekarang aku hanya
akan makan buah yang jatuh dari pohonnya. "


Sejak saat itu Petapa Sumedha hanya makan buah yang jatuh dari pohonnya. Ia bermeditasi
tanpa putus dalam tiga postur, yaitu duduk, berdiri dan berjalan, tanpa berbaring sama sekali.
Alhasil di hari ketujuh, Ia mencapai tingkatan Jhana [2] dan memiliki berbagai kesaktian.

Free download pdf