Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 72


Magandiya (2)


Setelah kedua orangtua Magandiya mencapai Pencerahan Siritual tingkat 3 ( disebut Anagami ),
mereka berdua memutuskan untuk meninggalkan keduniawian dan menjadi Bhikku [1]. Mereka
menyerahkan Magandiya dan seluruh harta benda mereka kepada paman Magandiya.


Oleh pamannya, Magandiya dibawa menghadap Raja Udena, penguasa Kosambi. Raja Udena
lalu menjadikan Magandiya sebagai selir.


Suatu hari, Magandiya mendengar bahwa Sang Buddha sedang berkunjung ke Kosambi, dan
tinggal di Vihara Ghosita. Saat itulah ia teringat akan dendamnya. Ia lalu menyewa sekelompok
massa untuk menghina Buddha.


Massa bayaran itu mengikuti Buddha saat Beliau sedang berjalan untuk mengumpulkan
persembahan makanan di dalam kota, lalu mencaci maki Buddha dengan kata kata yang kasar.


Melihat ini, Bhikku Ananda lalu memohon pada Buddha agar meninggalkan kota :
" Guru, ayo kita pergi dari sini. Para penduduk banyak yang tidak suka sama kita. "


" Kita akan pergi kemana, Ananda? " tanya Buddha.


" Kita pergi ke kota lain." Jawab B. Ananda.


" Kalau penduduk disana juga tidak suka sama kita, lalu apa yang akan kita lakukan ?" tanya
Buddha lagi.


" Ya kita pindah ke tempat lain lagi. " Jawab B. Ananda.


" Kalau begitu tidak ada tempat bagi kita di seluruh India ini. Gangguan terhadap Saya tidak akan
berlangsung lebih dari tujuh hari. " kata Buddha. Lalu Beliau mengucapkan Syair Dhammapada
ayat 320, 321 dan 322 berikut ini :


" Seperti seekor gajah di medan perang
dapat menahan serangan panah
yang dilepaskan dari busur,
begitu pula Aku (Buddha)
tetap bersabar terhadap cacian;
sesungguhnya, sebagian besar orang
mempunyai kelakuan yang buruk [2].

Free download pdf