Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 75


Kasibharadvaja menjadi Bhikku


Suatu ketika Buddha sedang berada di desa Ekanaja, di kerajaan Magadha. Saat itu adalah
musim menabur benih. Lima ratus bajak yang dimiliki oleh brahmana Kasibharadvaja disiapkan
untuk dipakai bekerja.
( brahmana = alim ulama atau dari keluarga rohaniwan )


Di pagi hari itu, Buddha pergi ke tempat pekerjaan Kasibharadvaja sedang berlangsung ( untuk
mengumpulkan persembahan makanan ). Saat Buddha tiba, sudah waktunya makan pagi
( menjelang siang, mungkin sekitar jam 10.30 ). Brahmana itu sedang membagi bagikan
makanan pada para pekerjanya ( buruh tani, Kasibharadvaja adalah tuan tanah pemilik sawah ).
Buddha berdiri menunggu di satu sisi.


Ketika brahmana itu melihat Buddha, ia berkata : " Petapa, saya membajak dan menabur benih,
setelah itu barulah pantas saya dapat makanan. Anda juga harus membajak dan menabur benih,
barulah setelah itu Anda pantas dapat makanan. "
( Kasibharadvaja menyindir Buddha, kalau mau makan harus kerja dulu ).


Buddha menjawab : " Brahmana, saya juga membajak dan menabur benih, setelah itu saya
pantas dapat makanan. "


Kasibharadvaja : " Anda jelas bukan petani, jadi apa maksud perkataan Anda yang barusan? "


Buddha : " Keyakinan adalah benihnya, pengendalian diri adalah kekangnya ( kiasan untuk
pengekang kerbau ), kebijaksanaan adalah bajakku, kesederhanaan adalah tonggakku, pikiran
adalah talinya, perhatian adalah mata bajakku.


Perbuatanku selalu terjaga dengan baik, ucapanku selalu terjaga dengan baik, makan
secukupnya ( sehari cuma sekali ), Aku membuat kebenaran sebagai pemotong rumput liar
( kiasan untuk pengganggu kehidupan ).


Usaha Spiritual adalah kerbau yang membawaku menuju Nirwana. Usaha ini terus melaju tanpa
berhenti, setelah sampai di sana tidak ada lagi kedukaan.


Demikianlah caraku bertani, yang menghasilkan Buah Keabadian. Setelah menyelesaikan
pertanian ini, orang terbebas dari semua penderitaan. "


Kemudian Kasibharadvaja mengisi sebuah mangkuk emas dengan nasi - susu [1], lalu
mempersembahkannya pada Sang Buddha sambil berkata : " Silakan Yang Mulia menerima
makanan ini. Anda layak menerimanya. "

Free download pdf