Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 78


Sunita, Si Gelandangan


Sunita adalah seorang yang sangat miskin. Ia tidak punya rumah, jadi gelandangan.
Pekerjaannya mengumpulkan bunga yang jatuh untuk dijual dan penyapu jalan. Status sosialnya
juga sangat rendah ( kaum pemulung ).


Zaman dulu di India, kaum pemulung dilarang bergaul dan berjalan bersama dengan orang yang
status sosialnya tinggi. Apabila ada orang yang status sosialnya tinggi seperti Ksatria /
Bangsawan atau Brahmana / Alim ulama hendak lewat, maka kaum pemulung ini harus
menyingkir agar jangan sampai bayangan mereka bersentuhan. Karena kalau sampai
bersentuhan, akan ada sanksinya.
Kaum pemulung juga dilarang mengikuti kegiatan keagamaan ( non- Buddha ) dan memasuki
tempat ibadah ( non- Buddha ) yang ada saat itu.


Suatu malam, Buddha melihat dengan mata batin penuh welas asih, siapa saja yang bisa ditolong
keesokan harinya. Yaitu mahluk yang karma baiknya memungkinkan untuk bisa ditolong.
Tampaklah Sunita. Buddha melihat bahwa ia bisa mencapai Pencerahan Spiritual tertinggi dalam
waktu singkat.


Di pagi hari, saat waktunya mengumpulkan persembahan makanan. Buddha bersama dengan
para Bhikku pergi ke kota Rajagaha. Beliau melewati jalan yang sedang dibersihkan Sunita.


Sunita sedang memungut daun kering dan sampah untuk dimasukkan ke dalam keranjang.
Ketika melihat rombongan Buddha berjalan perlahan mendekat, ia agak takut ( karena tidak boleh
sampai bayangannya bersentuhan ), pekerjaannya belum selesai. Ia lalu meletakkan keranjang
dan sapunya, kemudian merapat ke tembok dengan tegang sambil memberi hormat dengan
merangkapkan telapak tangan di dada.


Buddha mendekatinya dan berkata dengan lembut penuh kasih : " Sunita, maukah kamu
meninggalkan hidupmu yang sulit ini dan menjadi Bhikku? "
Sunita tertegun sejenak. Belum pernah ia disapa sebaik itu. Ia merasa sangat bahagia dan
terharu.


Dengan gembira Sunita menjawab : " Jika saya bisa diterima menjadi Bhikku, tentu saja saya
mau. Tahbiskanlah saya, Yang Mulia. "
Buddha lalu berkata : " Mari Bhikku, tempuhlah hidup suci, menuju lenyapnya seluruh
penderitaan. "
Setelah berkata demikian, Sunita langsung jadi gundul, sudah pakai jubah Bhikku, dan peralatan
Bhikkunya sudah lengkap [1].

Free download pdf