Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Bagian 81


Culapanthaka, Si Bhikku Idiot.


Ada dua pria bersaudara, kakaknya bernama Mahapanthaka, adiknya bernama Culapanthaka.
Mereka berdua adalah cucu dari seorang pedagang kaya di Rajagaha. Sejak kecil mereka diasuh
oleh kakek dan neneknya [1].


Setelah dewasa, mereka berdua memutuskan menjadi Bhikku. Pertama kakaknya dulu yang
menjadi Bhikku. Setelah berhasil mencapai Pencerahan Spiritual tertinggi ( disebut Arahat ) [2],
Mahapanthaka lalu mengajak adiknya, Culaphantaka menjadi Bhikku. Adiknya mau. Atas seizin
Buddha, Culapanthaka pun menjadi Bhikku.


Setelah menjadi Bhikku, Culapanthaka tidak mampu menghapal satupun pelajaran teori, sebab
ia sangat bodoh dan pelupa. Ada satu paragraf syair yang diberikan padanya untuk dihapalkan,
namun selama empat bulan ia masih tidak hapal juga. Syair yang dimaksud adalah ini :


" Bagaikan teratai merah yang harum,
Nampak mekar dengan indah di pagi hari.
Lihatlah pada Sang Buddha,
Bercahaya bagaikan sinar matahari. "


Melihat ini, Mahapanthaka merasa bahwa adiknya tidak cocok menjadi Bhikku. Lalu ia menyuruh
adiknya untuk berhenti saja dan pulang ke rumah kakeknya. Culapanthaka sangat sedih, sebab
ia tetap kepingin menjadi Bhikku. Ia bingung tidak tahu harus bagaimana.


Pada hari itu, Jivaka Komarabhacca, dokter pribadi Buddha, datang ke Vihara. Ia
mempersembahkan bunga dan dupa, mendengarkan Khotbah Buddha, setelah itu mengundang
semua Bhikku yang ada di Vihara untuk makan pagi ( menjelang siang ) di rumahnya besok.


Jivaka menemui Bhikku Mahapanthaka untuk memastikan jumlah Bhikku yang akan hadir.
Mahapanthaka memberitahu Jivaka bahwa ada 500 Bhikku yang bisa hadir, tidak termasuk
Culapanthaka, sebab ia dikecualikan karena bodoh.


Culapanthaka mendengar kakaknya berkata begitu, ia lalu berpikir bahwa kakaknya sudah tidak
menyayanginya dan tidak bisa mendukungnya lagi menjalani hidup sebagai Bhikku. Ia
memutuskan untuk berhenti jadi Bhikku, lalu pulang ke rumah kakeknya. Ia berencana pulang
keesokan paginya.


Di waktu subuh, Buddha melihat dengan mata batin yang penuh welas asih ke seluruh dunia,
siapa saja yang bisa ditolong pada hari itu. Yaitu para mahluk yang karma baiknya

Free download pdf