Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

memungkinkan untuk ditolong. Tampaklah Culapanthaka dengan segala persoalannya.
Kemudian Buddha berjalan ke gerbang Vihara, menanti Culapanthaka disana.


Saat Culapanthaka tiba, ia melihat Buddha berjalan mondar mandir di gerbang Vihara. Ia
mendekati Buddha dan memberi hormat. Buddha menyapanya : " Culapanthaka, kamu mau pergi
kemana pagi buta begini? "


" Bhante ( Yang Mulia Guru, sebutan bagi Buddha dan para Bhikku ), kakak saya menyuruh saya
berhenti jadi Bhikku. Saya mau pulang ke rumah kakek saya. "


" Culapanthaka, atas seizinKu kamu menjadi Bhikku. Kalau kakakmu menyuruhmu pulang,
kenapa kamu tidak minta tolong padaKu? Kamu mau ngapain di rumah? Sebaiknya kamu
tinggal bersamaKu. "
Kemudian Buddha mengusap kepala Culapanthaka dengan telapak tanganNya [3], lalu
mengajak Culapanthaka ke teras kamar Beliau [4].


Buddha menciptakan sehelai kain putih bersih ( seukuran sapu tangan ) dengan kesaktianNya,
lalu diberikan pada Culapanthaka sambil berkata : " Culapanthaka, duduklah disini, menghadap
ke timur. Usap usaplah kain ini sambil mengucapkan : Rajo haranam, rajo haranam ( bebas dari
noda ). "
Kemudian Buddha dan para Bhikku pergi ke rumah Jivaka untuk makan.


Culapanthaka melakukan apa yang disuruh oleh Buddha. Saat matahari terbit menyinari
tubuhnya, ia mulai berkeringat. Culapanthaka mengusap keringat di dahinya dengan kain putih
itu. Lama kelamaan kain itu mulai kotor. Lalu ia merenung : " Sebelumnya kain ini bersih,
sekarang jadi kotor. Sungguh tidak kekal. " Culapanthaka mulai menyadari kelapukan dan
kematian.


Dari rumah Jivaka, Buddha melihat ( dengan menggunakan mata batin ) kemajuan Spiritual yang
dicapai Culapanthaka. Kemudian Beliau menciptakan kembaranNya yang sedang duduk di
depan Culapanthaka. Lalu kembaran Buddha ini berkata :
" Culapanthaka, bukan hanya kain saja yang bisa ternoda dan menjadi tidak indah, tapi kamu
juga ternoda, maka bersihkanlah noda itu. "


" Nafsu adalah noda, lenyapkanlah nafsu.
Kebencian adalah noda, lenyapkanlah kebencian.
Kegelapan pikiran adalah noda, lenyapkanlah kegelapan pikiran. "


Setelah ayat ini diucapkan, Culapanthaka mencapai Pencerahan Spiritual tertinggi. Ia juga sakti
dan memiliki kemampuan untuk mengajar Dhamma kepada orang lain.


Saat Jivaka hendak mulai mempersembahkan makanan, Buddha bertanya padanya : " Jivaka,
apakah masih ada Bhikku di Vihara? "
Yang menjawab malah Mahapanthaka : " Sudah tidak ada Bhikku lagi, Bhante."

Free download pdf