DestinAsian

(Chris Devlin) #1
121

DestinAsiAn.co.iD – MAret / April 2016 MAret / April 2016 - DestinAsiAn.co.iD


elegi Migrasi
Dari foto paling
atas: giuseppe
spagnuolo, satu-
satunya orang
yang bertahan di
roscigno Vecchia,
desa yang teran-
cam longsor;
benda pening-
galan pietro,
manusia terakhir
di Desa brondino.

dan pekat. Proses itu berpengaruh pada perilaku
satwa. Babi hutan misalnya, kian menjadi wabah.
Sementara mamalia berkuku (ungulate) semacam
rusa terus beranak-pinak.
Sejumlah penelitian ornitologi juga mencatat
terjadinya tren peningkatan jenis burung hutan.
Setelah manusia berhenti mengolah lahan perta-
nian dan peternakan, semua burung yang lazim
berkembang biak dalam iklim agrikultur, misalnya
burung murai dan kutilang, perlahan lenyap.
Sejatinya tak ada yang mubazir dari proses mi-
grasi manusia. Ruang-ruang yang mereka tinggal-
kan diambil alih satwa. Menara lonceng menjadi
ruang bersarang bagi burung-burung hutan. Jalan-
jalan kota yang terkubur rumput tebal menjadi res-
toran prasmanan bagi satwa herbivora. Sementara
pondok-pondok ringsek menjadi rumah masa de-
pan bagi gerombolan anjing liar atau kawanan ke-
lelawar. Hasilnya adalah sebuah koeksistensi yang
romantis antara dua dunia: struktur dan natur.

Ada beragam alasan mengapa desa atau kota
hantu bermunculan. Tapi jika kita usut akar masa-
lahnya, pangkal penyebabnya tetaplah sama: ma-
nusia. Bahkan ketika sebuah permukiman hancur
oleh bencana alam, kita masih bisa melemparkan
tanggung jawab pada kealpaan manusia dalam
mengelola alam. Kasus ini bertaburan di Italia.
Free download pdf