DestinAsian

(Chris Devlin) #1

124


DestinAsiAn.co.iD – MAret / April 2016 MAret / April 2016 - DestinAsiAn.co.iD


Antropolog Vito Teti pernah menelurkan isti-
lah “dual villages,” yakni permukiman yang didiri-
kan di pesisir dengan menyadur konsep yang dite-
rapkan selama berabad-abad di pegunungan. Tapi
mayoritas permukiman baru semacam itu pun
ditinggalkan karena memang tak lagi dibutuhkan.
Desa-desa tambang di timur laut Italia adalah con-
tohnya, misalnya San Martino di South Tyrol. Ber-
tengger di ketinggian 2.355 meter, San Martino sela-
ma hampir delapan abad berstatus desa tertinggi di
Eropa. Usai ditelantarkan penghuninya pada Juni
1967, desa ini disulap menjadi museum terbuka
yang menuturkan tradisi pertambangan lokal. Se-
buah tempat yang menarik dikunjungi.
Contoh lainnya mungkin tak terlalu menarik:
Vallucciole, museum bagi sejarah kebejatan manu-
sia. Desa ini dihancurkan dan dibakar oleh serdadu
Jerman pada April 1944. Para agresor membunuh
108 wanita, anak-anak, juga manula. Vallucciole
adalah kasus sempurna di mana “kota hantu”
berubah menjadi “kota mati.” Sekitar 70 tahun usai
tragedi nahas itu, Vallucciole kembali bernyawa.
Rumah-rumah petani mulai bermunculan.
San Martino, Vallucciole, dan banyak permu-
kiman lainnya adalah segelintir contoh betapa desa
dan kota hantu adalah aset masa silam yang ber-
nilai. Merestorasi seluruh artefak itu jelas penting,
dan biayanya pun tidak terlalu mahal. Sekadar

Struktur uzur
Atas: penutupan
tambang mem-
buat carmelo
menganggur dan
Desa righi krisis
manusia. kiri:
pasca-perang
Dunia ii, warga
borgate di Massel-
lo bermigrasi demi
mencari pekerja-
an hingga me-
ninggalkan banyak
rumah hantu.

San Martino selama hampir delapan


abad berstatus desa tertinggi di Eropa.


Usai ditelantarkan penghuninya pada


Juni 1967, desa ini disulap menjadi


museum terbuka.


fot

o: b

runo z

Anzo

tter

A/
pArA

lle

lozero.
Free download pdf