DestinAsian

(Chris Devlin) #1
59

MAret / April 2016 - DestinAsiAn.co.iD

Pesona kota
Dari atas: sebastian
costello, pemilik
bad Frankie, bar
yang menawarkan
minuman beralko-
hol buatan lokal;
menu cape grim
porterhouse di
taxi kitchen. kiri:
mural di Ac/Dc
lane, gang yang
didedikasikan bagi
grup musik Ac/Dc.

Melbourne secara berturut-turut. Membang-
gakan tentunya, termasuk bagi Fiona, yang
berulang kali mengungkapkan prestasi kota-
nya itu. Dan warga lebih bangga usai men-
dapati Sydney berada di peringkat ketujuh.
Maklum, kedua kota ini sudah lama bersaing
untuk menjadi yang terbaik di Australia.
Economist Intelligence Unit menyusun
peringkat “kota layak huni” berdasarkan
evaluasi atas kualitas kesehatan, keamanan,
infrastruktur, lingkungan, dan pendidikan. Di
semua aspek itu, Melbourne mencapai nilai
nyaris sempurna, mengalahkan kota-kota de-
ngan “peradaban” yang jauh lebih senior se-
macam Wina, Helsinki, dan Zurich.
“Hal semacam ini yang merangsang warga
lokal percaya diri untuk membuka usaha,”

Penginapan
Di area southbank, Crown
metropol (Whiteman
Street 8, Southbank; 61-3/
9292-6211; crownhotels
com.au; doubles mulai
dari Rp3.600.000) mena-
warkan kamar-kamar ber-
desain atraktif, serta kolam
renang indoor yang ber-
tengger di lantai 27. se-
mentara di jantung kota,
Brady hotel (Little La
Trobe Street 30; 61-3/
9650-9888; bradyhotels.
com.au; doubles mulai
dari Rp1.350.000) menyu-
guhkan lokasi yang strate-
gis untuk menjangkau
objek populer seperti
Queen Victoria Market,
state library Victoria, dan
kedai-kedai kopi ternama.

referensi
Jika mencari pengalaman
wisata yang berbeda,
hidden Secrets tours
(hiddensecretstours.com)
menawarkan beragam tur
tematik yang bisa di-
sesuaikan dengan durasi
liburan Anda, misalnya tur
bertema sejarah, kuliner,
serta desain. khusus
tur bertema kopi,
melbourne Coffee tours
(melbournecoffeetours.
com.au) wajib dicoba.
sementara untuk wisata
ke kantong suburban
dan kawasan di sekitar
Melbourne, salah satu
operator yang layak disewa
adalah Localing tours
(localingtours.com.au).
Untuk mengetahui objek
wisata secara kompre-
hensif, kunjungi visit
melbourne.com.

ujar Maria Paoli, seorang pakar kopi, yang
saya temui di persimpangan Flinders Lane.
Baginya, status “kota layak huni” berarti ter-
bukanya kesempatan untuk berwiraswasta
bagi warga. “Lihat saja kedai-kedai kopi yang
kini bertebaran,” tambah Maria, “mereka ber-
hasil memukul bisnis Starbucks.”
Ngopi adalah bagian integral dari wisata
kuliner di Melbourne, tak ubahnya makan nasi
campur di Bali. Di kota ini, kopi diperlakukan
serius, termasuk oleh Maria, wanita dengan
tato “coffee scoop” di lengannya. Menekuni
dunia “perkopian” selama 10 tahun, Maria
sudah melatih banyak barista dan pernah
mengadakan kompetisi barista pada 2006.
Di Brunetti Cafe, dengan ditemani se-
cangkir latte, saya mendengarkan ceramah
Maria tentang third wave coffee movement, bu-
daya ngopi yang mewabah di Melbourne (dan
kini menular ke Indonesia). “Warga rutin
pergi ke kedai kopi yang memiliki mesin cold
drip dan mesin sangrai, lalu memesan satu
hingga dua cangkir cappuccino, kemudian me-
milih menu brunch favorit. Sungguh tipikal
third wave coffee movement,” jelasnya.
Dipandu Maria, saya melakoni tur kopi.
Kami melewati kedai-kedai beraliran third
wave, menyaksikan orang-orang yang meng-
agungkan kopi layaknya oenophile memuja
wine. Kami singgah di Patricia Coffee Bre-
wers, kafe yang cuma menawarkan tiga opsi
kopi—black, white, dan filter—tapi dengan flek-
sibilitas racikan sesuai selera tamu. “Ketika
memesan, kita jarang hanya menyebut black
atau white, tapi pasti menambahkan pesan-
pesan seperti ‘sedikit gula’ atau ‘sedikit
creamer.’ Di sini, mereka benar-benar menyi-
mak pesan-pesan tersebut dan menghasilkan
gelas-gelas kopi dengan racikan yang persis
sesuai permintaan kita,” jelas Maria.
Dengan darah bercampur kafein, saya dan
Patricia menaiki trem sonder bayar menuju
kawasan Southbank, lalu mampir di ST. ALi,
kafe butik yang begitu dipuja hingga me-
nyerupai sebuah sekte. Tur kopi di Melbourne
tak lengkap tanpa mengunjungi ST. ALi, se-
bagaimana wisata nasi campur di Bali tak
afdal tanpa singgah di warung Bu Weti.
Barista ST. ALi, Matt Perger, pernah meme-
nangkan World Brewers Cup 2012. My Mexican
cousin, menu andalan kedai ini, telah meng-
inspirasi restoran bernama sama di area yang
sama pula. Magnet lain ST. ALi tentu saja
stafnya yang berparas rupawan dan berbu-
sana necis—penampilan yang merefleksikan
profil sang pemilik, Salvatore Malatesta, man-
tan perancang busana dan pengacara.
Di hari terakhir, saya melawat ke Fitzroy,
Foto: sU permukiman kaum gipsi era 60-an yang


hArtinA


sinDUk


UsU


Mo; b


AD
Fr
Ankie;


kristoFFer pA

Ulsen/t

Axi kitchen.
Free download pdf