DestinAsian

(Chris Devlin) #1
75

Maret / april 2016 - Destinasian.co.iD

ke kamar Arie untuk sejenak menyapa dan
mengantarkan sarapan. Relasi keduanya ber-
kembang lebih dari sekadar hubungan bisnis
antara patron dan senimannya.


Arie meninggalkan jejak panjang da-
lam dunia seni. Aliran young artists masih di-
teruskan oleh banyak muridnya. Lewat tangan
merekalah Arie bisa hidup 100 tahun lagi.
Salah seorang muridnya yang masih aktif
berkarya adalah I Nyoman Cakra. Saat perta-
ma kali ditemui Arie, Cakra hanyalah seorang
remaja penggembala bebek yang terancam
putus sekolah di Desa Penestanan—sebuah


desa yang dicitrakan “angker” dan nyaris lo-
wong ditinggal warganya bertransmigrasi.
“Jika tak kenal Arie, saya pasti sudah jadi
transmigran,” kenang Cakra.
Di hari pertama belajar, Cakra diantarkan
oleh orang tuanya ke kediaman Arie di tepi
sungai. Di minggu-minggu awal, Cakra hanya
menggambar sketsa, menggambar apa saja
yang dilihatnya sehari-hari. Ajaibnya, bermo-
dalkan ingatan semata, kegiatan masyarakat
pedalaman Bali tersketsa dengan sempurna.
Setelah muridnya menguasai sketsa, Arie
mengajarkan teknik mewarnai. “Kita diajari
melukis dengan warna putih, hitam, merah,
kuning, dan biru,” jelas Cakra. Seluruh murid
bebas berekspresi melalui warna. “Warna la-
ngit dibolehkan merah,” tambah I Ketut So-
ki, murid Arie lainnya.
Menurut Putu Fajar Arcana, sastrawan
Bali, salah satu sumbangsih terbesar Arie ada-
lah keberhasilannya membangkitkan memo-
ri kolektif anak didiknya sebagai manusia
Bali. “Tabungan visual itu seketika keluar le-
wat sketsa-sketsa,” kata Putu.
Hasrat kebebasan dan kemurnian jiwa
anak-anak sangat terasa dalam karya young
artists. Anatomi manusia, misalnya, dibiarkan
terpiuh. Anggota tubuhnya terdeformasi:

tur Seni
Karya young artists
buatan nyoman cakra,
Ketut soki, nyoman
londo, Wayan pugur, dan
Ketut tagen tersebar di
banyak tempat, mulai
dari Galeri nasional
hingga singapore art
Museum. Dua tempat di
Bali untuk melihat karya
mereka adalah neka
art Museum (Jl. Jalan
Raya Campuhan, Desa
Kedewatan, Ubud; 0361/
975-074; museumneka.
com) dan agung Rai
Museum of art (Jl. Raya
Pengosekan, Ubud;
0361/976-659). Di Desa
penestanan, tempat
arie smit membuka
kelas melukis, sejumlah
eksponen young artists
masih aktif berkarya,
contohnya Ketut soki
dan nyoman cakra.
arie kini menghabiskan
masa tuanya di sebuah
pondokan di Villa
Sanggingan (Jl. Raya
Ubud; 0857-3909-9893;
sangginganvilla.com),
properti yang dimiliki
oleh sahabat sekaligus
patronnya—suteja neka.
Free download pdf