DestinAsian

(Chris Devlin) #1
87

DestinAsiAn.co.iD – mAret / April 2016 mAret / April 2016 - DestinAsiAn.co.iD


Jimmy Gunawan adalah satu dari segelintir hotelier
lokal yang berani bereksperimen dengan desain.
Awalnya, dia terjun ke bisnis hotel dengan men-
dirikan Villa de Daun, sebuah wadah retret di tepi
jalur gaduh Legian. Setelah itu, dia menghadirkan
Tanaya, penginapan B&B dengan desain rumahan
yang anggun. Kini, lewat Alaya Kuta, Jimmy mende-
monstrasikan permainan desain yang atraktif.
Alaya Kuta adalah properti yang lazim kita te-
mukan dalam portofolio Design Hotels. Hotel butik

ini bagaikan sebuah kolase dari banyak
gaya: bohemian, kolonial, Indocina, dan
Bali kontemporer. Desainnya kaya per-
mainan bentuk yang membuat bangun-
an hotel terasa bernyawa.
Memasuki lobi, kita akan disambut
oleh instalasi mobil Formula1 yang ber-
tuliskan “Democracy Kills.” Karya evoka-
tif ini dibuat dari seng yang dipenuhi lu-
bang bekas tembakan peluru. Pencipta-
nya, Pintor Sirait, berusaha mengkritisi
konsep demokrasi Barat yang kerap me-
nyita banyak korban. Sebuah karya yang
menggigit untuk standar lobi hotel.
Menyusuri lantai-lantai hotel, kita
akan menemukan banyak ventilasi yang
membuat hotel ramping ini senantiasa
terasa lega. Sebagian ventilasi dicetak me-
narik, misalnya dalam wujud kembang
adamantium yang melubangi dinding
merah—sentuhan kreatif yang meng-
ingatkan kita pada Barai Spa di Thailand.
Sebagian elemen desainnya terinspi-
rasi budaya lokal. Di depan lift terpasang
instalasi seni yang dibuat dari perkakas
bajak sawah. Sedangkan di kamar, terda-
pat tanda “do not disturb” yang diukir pa-
da sebatang bambu. Tentu saja, artwork
yang paling atraktif adalah dinding lima
lantai di dekat kolam renang yang me-
nampilkan ornamen lamak Bali.
Sukun, restoran di hotel ini, tak luput
dari sentuhan artistik. Plafonnya dilapisi
mural, sedangkan area makannya di-
taburi kursi buatan Alvin-T. Di kala ma-
lam, Sukun diterangi oleh lampu-lampu
gantung yang menyerupai bintang laut.
“Kami juga mengawinkan fesyen dan
hospitality,” tambah Jeffrey Wibisono,
General Manager. “Seluruh seragam kar-
yawan dirancang oleh Peggy Hartanto.”
Alaya Kuta menaungi 116 kamar, termasuk de-
lapan suite. Seluruh kamar dilengkapi balkon atau
beranda privat. Di dalam kamar, kita bisa mene-
mukan gorden yang merefleksikan ombak, papan-
papan yang disusun bergelombang di tepi balkon,
serta wallpaper yang memajang foto-foto peselan-
car karya Jason Childs. Semua ini bertujuan mere-
fleksikan reputasi Kuta sebagai destinasi pantai.
Alaya Kuta dirancang oleh Made Wijaya dan
Grounds Kent Architects—duet yang sebelumnya
berkolaborasi di proyek hotel Alaya Ubud. (Se-
benarnya, dalam hal desain, Alaya Kuta merupakan
penyempurnaan dari kreasi keduanya di Ubud.)
Melihat permainan desainnya, Alaya Kuta agak-
nya turut berjasa membentuk stigma baru Kuta
sebagai kawasan yang peduli pada estetika.
Jl. Kartika Plaza, Gang Puspa Ayu 99, Kuta; 0361/755-
380; alayahotels.com; doubles mulai dari Rp3.100.000.

Daya tarik


  • Democracy Kills,
    instalasi karya pintor
    sirait yang dibuat
    dari seng yang dipe-
    nuhi lubang bekas
    tembakan peluru.

  • Nasi raja, menu
    andalan restoran
    sukun, yang berisi
    antara lain sate lilit,
    kenus mebase,
    udang panggang,
    dan plecing gonda.

  • Kolam renang yang
    dinaungi artwork
    setinggi lima lantai.


alaya kuta


Hotel yang membuat Kuta layak
dilirik oleh generasi pencinta desain.
oleh Cristian rahaDiansyah
Free download pdf