berusaha makan makanan yang bergizi. Makan tiga kali
sehari ditambah snek, minum susu pagi hari dan malam mau
tidur. Hanya saja berat badanku tetap stabil pada posisi
dibawah berat badan normal. Barangkali juga karena
aktivitas yang mungkin overdosis, hingga setiap kalori yang
masuk langsung digunakan hingga tidak ada penambah
cadangan.
Duapuluh tiga tahun setelah kejadian itu, akubertemu Irwan. Dia memanggilku, “Con. Sinilah.”
Aku mendekat. Dengan tersenyum dan setengah
berbisik dia berucap, “Con. Ini anak yang dulu antum sebut
kurang gizi. Sekarang sudah dokter gigi lho.”
Aku tersenyum mengingat kembali sebuah kejadian
yang sudah lama. Aku tidak duga Irwan akan teringat
dengan apa yang aku sampaikan dulu. Berarti apa
kusampaikan dulu sangat berkesan baginya. Sehingga
sudah sekian lama dia masih ingat. Aku sendiri sudah