kampus. Apalagi saat ini situasi politik untuk kegiatan
keislaman masih kurang bersahabat.
Di Al Azhar masjid kampus IKIP Air Tawar, sering intel
berkeliaran mencari informasi kalau ada ceramah dan
diskusi yang berseberangan dengan pemerintahan orde baru
sebagai penguasa semasa itu. Apa lagi oleh mereka yang
selama ini kurang senang dengan kegiatan kami, bisa saja kami
dituding aliran sesat atau kegiatan kelompok ekstrim yang
harus dibekukan.
Mereka yang kurang senang sering menyebut kami sebagai
kelompok petisi lima belas. Kenapa 15? Karena kami yang aktif
pengajian diangkatanku ada 15 orang, yakni 11 orang mahasiswi
dan 4 orang mahasiswa.
Kami berprasangka baik dengan julukan yang mereka
berikan. Mungkin juga mereka menyetarakan kami dengan
kelompok petisi 50 yang sangat fokal terhadap
pemerintahan Soeharto. Kalau benar, berarti kaliber kami
mereka setarakan dengan Muhammad Natsir, Syafruddin
Parwiranegara, Ali Sadikin dan pentolan petisi 50 lain
yang semuanya pemuka dan politisi nasional yang bahkan
ada yang kalibernya Internasional. Walaupun dalam
kenyataannya kami tidak pernah mengkritisi senat
mahasiswa ataupun mengkritisi dosen dan siapapun di
lingkungan kampus. Selama ini kami hanya melakukan