Selayang Pandang
SCAMPER
SCAMPER pertama kali diperkenalkan Alex Osborn yang
kemudian disempurnakan oleh Bob Eberle pada awal tahun 70-an.
Bob Eberle adalah seorang administrator pendidikan dari
Edwardsville. Pada tahun 1991 ia mengembangkan SCAMPER,
sebagai alat pendidikan yang dirancang untuk meningkatkan
imajinasi dan kreativitas pada anak-anak. Pada pelatihan untuk
meningkatkan imajinasi kreatif Bob Eberle fokus pada aspek thinking
dan feeling, lihat Gambar 1. Berpikir (thinking) - fluensi tinggi
(banyak ide), fleksibel (ide-ide yang dapat beradaptasi), dan
elaborasi (kemampuan untuk menambahkan rincian pada ide-ide).
Perasaan (feeling) - untuk mengembangkan rasa ingin tahu,
kemauan untuk mengambil risiko, preferensi untuk kompleksitas,
dan intuisi. Penerapan teknik ini dapat dilakukan secara individual
ataupun dalam setting kelompok dan setting keluarga (Mijares-
Colmenares, Masten, & Underwood, 1993; Gladding & Henderson,
2000; Buser et al., 2011). Model ini dapat digunakan oleh konselor
tanpa memandang orientasi teoritis mereka [1]–[3].
SCAMPER masih digunakan di sejumlah sekolah saat ini,
dan sejak itu tumbuh diseluruh dunia sebagai alat berpikir kreatif.
SCAMPER dapat berisi daftar pertanyaan yang akan mengarahkan
kepada sudut pandang dan alternatif lain dari gagasan sebelumnya.
Tujuannya untuk mengembangkan ide atau dapat juga memancing
ide yang benar-benar baru. Pada umumnya, SCAMPER dipakai
untuk keperluan riset dan pengembangan produk atau jasa, tetapi
masih bisa diadaptasi ke bidang dan situasi yang lebih luas.
SCAMPER didasarkan pada pemikiran bahwa segala sesuatu yang
baru merupakan modifikasi dari sesuatu yang sudah ada [1], [2], [4]–
[10].