musala ini ada alasan dakwahnya. Punya teman orang saleh.
Jadi orang tuaku tidak ragu melepaskanku untuk mandiri di
sini.”
“Di sini ada Mip dan Nof sebagai teman. Kami bisa
belajar bersama,” jelas Andi.
Seingatku Mip, Nof dan Andi, satuangkatan. Mereka
mengambil mata kuliah yang sama. Ya oke juga kalau bisa
tinggal bersama sehingga bisa belajar bersama. Sekalian juga
bisa berbuat amal menjaga keamanan dan kebersihan musala.
Nof memilih tinggal di musala karena dis amping situasi
musala yang tenang dan nyaman juga sekaligus dapat
mengirit uang kos.
“Jika tinggal di musala aku bisa pulang istirahat setiap
kali ada waktu kosong. Kan dekat,” ujar Nof sumringah.
Dengan adanya aktivis mahasiswa yang tinggal di
musala, musala jadi terurus, bersih dan lebih rapi.
“Kalau tidak ada orang lain yang mau datang ke sini,
minimal kita mahasiswa yang aktif di sini yang ikut tarawih.”
Aku coba beri alasan.
“Aku setuju.” Nof acungkan tangan. “Setidaknya kami
yang jadi gharim musala ada teman.”
“Huuuuuu....” Serentak terdengar bunyi hu. Nof hanya
cengengesan.
“Jangan kecil hati Nof. Insya Allah kita tarawih di sini.”