CHAPTER IV
ETNOMATEMATIKA
A. Pengertian Etnomatematika
Pertama kali etnomatematika atau ethnomathematics diperkenalkan
oleh seorang pendidik sekaligus matematikawan yang berasal dari Brazil
yaitu Ubiratan D’Ambrosio pada tahun 1977. Ia menjelaskan bahwa
etnomatematika merupakan matematika yang diterapkan pada kelompok
budaya yang terindifikasi seperti masyarakat suku, kelompok buruh, anakanak dari
kelompok usia tertentu, kelas profesional, dan lain sebagainya.
Dia juga mengatakan secara bahasa, etnomatematika terbagi menjadi
tiga kata yaitu ethno, mathema, dan tics. Pertama, ethno memiliki arti
sesuatu yang sangat luas yang mengacu pada konteks sosial budaya, yang
mengacu pada konteks sosial budaya, termasuk bahasa, jargon, kode
perilaku, mitos, dan simbol. Kedua, mathema berarti menjelaskan,
mengetahui, memahami, dan melakukan kegiatan yang meliputi
pengkodean, mengukur, mengklasifikasi, menyimpulkan, dan pemodelan.
Dan ketiga, tics berasal dari techne , yang bermakna Sama seperti teknik.
Menurut Destrianti dkk (2019), mengatakan bahwa etnomatematika
dapat diartikan sebagai terapan matematika seperti berhitung, mengukur,
merancang bangunan atau alat, bermain, menentukan lokasi, dan lain
sebagainya yang mengaitkan pada budaya (Cahyadi, Faradisa, Cayani, &
Syafri, 2020). Dilanjutkan oleh Sarwoedi dkk (2018), etnomatematika
merupakan suatu Cara untuk mempelajari matematika yang menggabungkan
adat istiadat atau kegiatan sekitar agar lebih dipahami oleh seseorang.
Beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa
etnomatematika merupakan suatu pencampuran nilai-nilai antara
pendidikan, matematika, dan budaya yang melibatkan pengalaman atau
aktivitas sehari-hari di lingkungan sekitar, dengan tujuan agar dapat
memudahkan seseorang memahami konsep matematika, meningkatkan
kualitas pembelajaran, serta dapat mengenalkan dan melestarikan budaya
sekitar pada seseorang.