Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

orang penting di Rajagaha, maka dewan kota berusaha menolongnya. Mereka lalu menghadap
Raja Bimbisara agar mengutus Jivaka untuk mengobatinya.


Raja mengabulkan permohonan mereka. Jivaka lalu memeriksa si pasien. Lalu Jivaka bertanya :
" Jika Anda sembuh, berani bayar berapa? "
Karena sudah putus asa dan kesakitan, pasien asal menjawab : " Semua harta saya boleh
diambil dan saya akan menjadi budakmu. "


Kemudian Jivaka melakukan pembedahan tengkorak dengan disaksikan beberapa orang. Jivaka
mengambil dua ekor cacing yang bersarang di otak pasien, lalu ditunjukkan pada para saksi
sambil berkata : " Kalau ini tidak diambil, seminggu lagi pasien akan meninggal, sebab otaknya
rusak dimakan sama cacing ini. "


Setelah pembedahan selesai, tiga minggu kemudian pasien sembuh total. Jivaka pun meminta
bayarannya sesuai janji awal. Saat pasien akan menyerahkan seluruh harta dan dirinya, Jivaka
menolak. Sebagai gantinya, Jivaka meminta bayaran sebesar dua ratus ribu Kahapana ( jumlah
yang sangat besar waktu itu, mungkin cukup untuk beli rumah mewah ). Seratus ribu Kahapana
diberikan pada Raja Bimbisara, sisanya diambil Jivaka.


Suatu hari ada seorang anak pedagang di Rajagaha yang menderita usus terpuntir. Akibatnya ia
tidak bisa mencerna makanan dengan baik. Tubuhnya menjadi kurus, kulitnya pucat, dan uratnya
pada keluar. Kemudian si pedagang menghadap Raja Bimbisara untuk minta tolong agar
diperbolehkan menggunakan jasa dokter Kerajaan.


Raja menyuruh Jivaka untuk mengobati anak si pedagang. Setelah diperiksa, Jivaka menemukan
bahwa usus pasien terpuntir. Untuk mengobatinya Jivaka melakukan pembedahan perut. Setelah
pasien pulih, Jivaka mendapat bayaran enam belas ribu Kahapana.


Jivaka mulai terkenal, sampai ke negeri tetangga. Raja Pajjota dari Ujjeni menderita sakit kuning
( sakit liver ) yang parah. Sudah banyak dokter yang mengobatinya, tapi tidak bisa sembuh. Raja
Pajjota juga sudah keluar banyak biaya untuk berobat. Setelah mendengar tentang kehebatan
Jivaka, Raja Pajjota mengirimkan pesan pada Raja Bimbisara agar mengutus Jivaka untuk
mengobatinya. Raja Bimbisara pun mengutus Jivaka ke Ujjeni.


Sesampainya di Ujjeni, Jivaka memeriksa Raja Pajjota. Setelah itu Ia berkata pada Raja : "
Baginda, saya akan meramu obat dengan bahan baku utama dari mentega [4], untuk kemudian
diminum. "
Raja menolaknya : " Jangan, Jivaka. Kamu bikin obat yang bahan yang lain saja. Saya sangat
alergi dan jijik pada mentega. "


Karena mentega adalah obat satu satunya, dan hidup Raja Pajjota terancam, Jivaka tidak punya
pilihan lain. Ia terpaksa tetap membuat obat dari mentega, tapi dicampur bahan bahan lain
sehingga larutan obat memiliki warna, rasa dan bau yang sama sekali berbeda dengan mentega.

Free download pdf