Riwayat Hidup Buddha Jilid 2

(Teddy Teguh) #1

Di saat yang bersamaan, di Vihara Jetavana, Buddha melihat dengan mata batinNya kemajuan
spiritual yang telah dicapai oleh para Bhikku itu. Kemudian Buddha mengirimkan cahaya dan
suara Beliau. Buddha berkata : " Para Bhikku, sebagaimana yang kalian sadari, jasmani ini
memang rapuh. "


Selanjutnya Buddha mengucapkan Syair Dhammapada 40 berikut ini :


" Setelah menyadari bahwa tubuh ini rapuh bagaikan tempayan yang terbuat dari tanah
liat, hendaklah seseorang menguatkan pikirannya bagaikan benteng [17]. Dengan
bersenjatakan Kebijaksanaan Spiritual Ia melawan Mara [18]. Ia harus memelihara apa
yang telah dicapainya ( kemajuan Spiritual ) dan hidup tanpa ikatan. "


Lima ratus Bhikku itu mencapai Pencerahan Spiritual tertinggi setelah Syair selesai diucapkan.




Catatan :


[1] Ketenangan pikiran disini adalah pencapaian Jhana sebagai dasar Pencerahan Spiritual


[2] Kompeten dalam melakukan tugas seorang Bhikku, mampu menjalani hidup pertapaan.


[3] Seorang Bhikku harus berpuas hati atas fasilitas yang ada. Berpuas hati menerima
persembahan makanan, jubah, dan obat ( bila sakit ), sekalipun barangnya kurang baik.


[4] Seorang Bhikku disebut mudah dilayani jika Ia tidak mempersoalkan persembahan yang
diberikan padanya, sekalipun tidak sesuai dengan seleranya.


[5] Tiada sibuk, maksudnya seorang Bhikku tidak sibuk diluar urusan meditasi dan belajar agama
Buddha. Walaupun Ia tetap berkewajiban mengurus kepentingan Vihara, seperti memperbaiki
Vihara dan merawat Bhikku yang sakit.


[6] Seorang Bhikku disebut hidup sederhana jika Ia tidak memiliki harta duniawi yang harus diurus
selain barang pokoknya, yaitu : jubah, mangkuk, ikat pinggang, mangkuk, saringan air, pisau
cukur dan jarum.


[7] Tenang inderanya, tidak bernafsu terhadap sesuatu atau membenci sesuatu. Matanya tidak
jelalatan. Pikirannya terpusat, wajah dan gerak tubuhnya tenang.


[8] Berhati hati dalam sikap dan ucapannya, bagaikan diawasi oleh banyak mata, sekalipun
sedang sendirian.


[9] Tidak melekat pada keluarga sendiri maupun orang lain. Seorang Bhikku terpisah secara
emosi dengan keluarga manapun.

Free download pdf